Memanjakan Mata di Semarang Art Gallery
Posted in Tongkrongan, WisataSalah satu karya seni lukis yang dipamerkan di Semarang Art Gallery/shela |
Seni adalah bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mata penulis pun tak ingin
mengabaikan bangunan yang tertangkap bola mata. Peek House, begitulah tulisan yang terpasang. Menyatu dengan
bangunan tersebut, Semarang Art Gallery berada.
Di lokasi ini, tahun 1822 dahulu dikenal sebagai Jalan Paradeplain Utara
Blok LA No.5 merupakan bangunan dua lantai tempat tinggal Pastur L. Prinsen dan
tempat ibadah umat Katolik sebelum Gereja Gedangan didirikan tahun 1875.
Bangunan ini
kemudian diruntuhkan dan dibangun gedung baru pada tahun 1918. Gaya
arsitekturnya sedikit terpengaruh oleh gaya Spanish Colonial dan tidak
mempunyai halaman. Tepat di depannya adalah Paradeplain, taman yang sering
dipakai oleh serdadu-serdadu Belanda berparade dan terletak di tepi Jalan Anyer
Panarukan yang dibangun Daendels tahun 1811.
Perusahaan asuransi
pertama di Indonesia “De Indische Llyod” milik Oei Tiong Ham Concern merupakan
kantor pertama yang menempati gedung ini pada tahun 1937. Pengusaha pribumi
terkemuka di Semarang, Tasripin tercatat pernah mengambil alih kepemilikan
bangunan ini, dan dalam perjalanannya pernah disewakan sebagai gudang, dealer
motor, dan kantor Perusahaan Besar Farmasi Tempo. Terakhir, pabrik sirup Fresh
menggunakannya sampai tahun 1998. Tahun 2007, Chris Darmawan melakukan
konservasi dan tahun 2008 dipergunakan sebagai Semarang Gallery.
Memanjakan Mata
Ketika pintu kaca dibuka dan berderit, alarm otomatis
berbunyi. Penjaga akan segera menyambut kedatangan kita. Lalu, menyuruh kita
mengisi buku tamu sembari menanyakan keperluan kedatangan kita. Sapaan ramah
yang seolah diciptakan untuk membuat kesan pertama yang baik ke pengunjung.
Patung serupa
manusia diselimuti warna merah duduk tertunduk lesu menjadi perhatian pertama
mata kita sesaat setelah memasuki Semarang Art Gallery. Di kanan kiri
dindingnya tertempel lukisan dan foto yang disertai keterangan penjelas.
Sebuah motor
teronggok dan menyiratkan tanya dari pengunjung. Motor itu adalah kepunyaan
Yudi Sulistyo yang dipersembahkan kepada Marco Simoncelli. Di kertas yang
terpasang termuat penjelasan tentang ukurannya adalah 121x260x71,5 cm, berbahan
paper, PVC pipes, painted used good dan
keterangan waktunya 2011.
Penulis lalu merasa
digiring rasa penasaran untuk beranjak ke ruangan yang bertempel nama Peek
House. Tiang-tiang besar mencengkeram kokoh ruangan dua lantai tersebut. Di
tengah ruangan di lantai dua terdapat lubang berbentuk persegi yang dapat
dimaknai pengunjung sebagai tempat untuk memanjakan mata berkeliling dari satu
sudut ke sudut lain. Tangga yang memiliki pegangan kaca juga menjadi daya tarik
bagi mata pengunjung.
Berikut hasil karya
seniman yang dipamerkan di galeri ini. Lampu Kansanoh dengan karyanya yang
berjudul Ka Ning’s Dreams dalam media kanvas
berukuran 200x200 cm yang dilukis menggunakan cat minyak yang dibuat
tahun 2006. Isa Ansory menampilkan dua ciptaannya yakni Bukan Angkatan 66 dan
Meditasi yang dibuat di kanvas berukuran 150x200 cm dan 200x150 cm memakai cat
akrilik pada tahun 2014.
Karya milik Isa Ansory, bejudul meditasi/shela |
Karya lain yang
bisa disaksikan adalah Agus TBR-The Bridge of Possibility-oil on canvas-180x180
cm-2013, Agus TBR-A moment’s silence oil on canvas 150x250 cm-2013, Agus TBR-End
Game-oil on canvas-150x250 cm-2013, Jumaldi Alfi-Night Walker series 6-acrylic
on canvas-200x150 cm-2011, Ahdiyat Nur Hartarta-The Romance of Stimulu
Junkies#2-charcoal on canvas-150x200cm-2014.
Selain itu ada pula
karya Ahdiyat Nur Hartarta-The Romance of Stimulu Junkies#3-charcoal on
canvas-150x200cm-2014, M Irfan-Construction#8-acrylic on canvas-200x300 cm-2013,
M Irfan-Black and white photography-print on canvas-33x50 cm-2013, Erianto-Berbeda
di Tempat Sama-acrylic on canvas-145x70 cm-2014, Erianto-My Hero is Not Super
Hero-acrylic on canvas-90x195 cm-2014, Andy Dewantoro-A quiet place#3-oil on
canvas-100x120cm-2014, Andy Dewantoro-A quiet place#2 -oil on canvas-100x120cm-2014,
Andy Dewantoro-A quiet place#4-oil on canvas-100x120cm-2014, Andy
Dewantoro-Damage-oil on canvas-40x40cmx4 panels-2014, Nglen Beng-Reborn-oil on
canvas-150x120 cm-2008, dan milik Sugiyo Dwiarso-Rise Up-acrylic on
canvas-160x120cm-2009
Karya milik Isa
Ansory berjudul meditasi menjadi kesukaan penulis. Pergumulan batin dan
gangguan yang menyelimuti selama bermeditasi tergambar melalui lukisan
tersebut. Sudah tidak sabar untuk memanjakan mata dan menentukan karya favorit?
Segera berkunjung ke tempat ini. (Shela-Bincang Kampus)
0 komentar: