Rela Antri Demi Seblak
Posted in Kuliner, Tongkrongan
Semarang seperti
mendapat kiriman tren makanan baru yang sedang digandrungi mahasiswa di
Bandung. Seblak, makanan yang terbuat dari tepung kanji tersebut bukan berasal
dari kota yang berjuluk Kota Atlas. Jawa Barat adalah daerah seblak berasal.
Namun, di Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Negeri Semarang
(Unnes), tampak gerobak pedagang seblak menjadi incaran para mahasiswa.
Pedagang seblak
yang biasanya menjajakan jualan mereka di pinggir jalan itu selalu kewalahan
meladeni para mahasiswa yang memesan seblak, entah di kala jam makan siang atau
sore hari. Dede, pedagang seblak yang bisa ditemui di sekitar gerbang Unnes,
mengakui kalau dia dan temannya sering geleng-geleng kepala sendiri ketika
menyaksikan barisan sepeda motor yang berjejer rapi milik pembeli mereka.
“Tidak pernah terbayangkan akan seramai ini. Para pembeli bahkan ada yang
selalu menyempatkan waktu datang ketika kami baru membuka lapak. Pas ditanya,
tak ingin kehabisan,” ujarnya. Menurutnya, mahasiswa menjadi pangsa pasar yang
potensial yang harus digarap. Kejenuhan menjalani aktivitas yang padat bisa
terusir sejenak saat melahap nikmatnya tepung kanji berpadu dengan harum rempah
dan pedas cabai.
Kartikawati,
mahasiswa Unnes langsung tertarik ketika seblak hadir di kampusnya. Makanan
yang biasanya harus dia peroleh lewat pemesanan di jejaring sosial, kini
tersedia di sekitar kampusnya. “Iya, sekarang lagi mewabah sekali menyantap
seblak. Teman-teman aku yang semula enggan pun menjadi ketagihan. Ada sensasi tersendiri
ketika menyeruput kuah seblak yang dicampur telur,” katanya.
Antrian yang
mengular tak menyurutkan niat Kartika untuk membeli seblak. Dia pun sudah
mengetahui cara yang harus dilakukan agar memeroleh seblak tetapi tidak
menganggu aktivitasnya. “Aku memilih memesan seblak saat sebelum waktu makan
siang. Lalu, aku bilang ke abangnya yang jual untuk diambil nanti pas jam makan
siang. Dengan begitu, aku tidak perlu berpanas-panasan menanti makanan
kegemaranku,” ujarnya. Meski sudah menerapkan cara seperti itu, terkadang
Kartika juga masih harus mengantria. Dia pun rela mengantri demi mendapatkan
seblak.
Dhyana, mahasiswa
Undip, mengiyakan pendapat Kartika yang rela mengantri demi mendapatkan seblak.
Menurutnya, lamanya menunggu akan terbayarkan ketika seblak menyentuh
kerongkongan. Stres yang menimpa mahasiswa akan sedikit berkurang ketika
keringat bercucuran karena pedasnya seblak. Seblak juga cukup ampuh mengganjal
perut mahasiswa yang bingung mau makan. Ketanggungan porsi menjadi komposisi
yang pas di antara jam makan siang dan petang hari. “Tak perlu khawatir kantong terkurang banyak.
Seblak bisa dinikmatin dengan harga mulai dari Rp enam ribu,” ujar mahasiswa
yang berlesung pipi.
Bagi yang belum mengetahui
tentang seblak, Bincang Kampus akan sedikit memberitahukan informasinya. Tepung
kanji menjadi bahan dasar kerupuk seblak. Kanji itulah yang membuat tekstur
seblak kenyal. Konon kabarnya, penamaan nama seblak karena rasa pedas seblak
yang nyablak. Untuk mengolah seblak
tersebut, ada dua cari yakni, seblak basah dan kering. Seblak basah dimasak
dengan cara merebus bersama air dan bahan pelengkap seperti mie, bakso, telur,
ceker, dan pangsit yang dibubuhi bumbu cabe dan penyedap rasa. Sedangkan seblak
kering tinggal digoreng. Aroma rempah akan menguar ketika seblak sedang direbus
atau digoreng karena bawang merah, bawang putih, garam, dan kencur akan teramu
menjadi satu dalam bumbu. Selanjutnya, pilihan untuk mencicipi atau tidak,
berada di tangan pembaca.
0 komentar: