Desember 14, 2014

0

Studio 8 FKM Undip, Berkreasi dalam Seni Bernapas Kesehatan

Posted in ,
Studio 8 FKM Undip sedang berlatih/Shela

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip memiliki Unit Kegiatan Kampus (UKK) yang berbeda dengan UKK pada umumnya. UKK bernama Studio 8 ini didirikan pada 21 Maret 2008 oleh Mukhlis Reza Sukmana bersama dua temannya. Filosofi “Tidak pernah terputus dan selalu tersambung” yang terkandung dalam bentuk angka delapan menjadi dasar penamaan Studio 8.

Studio 8 merupakan UKK yang berada di bawah naungan FKM, yang bergerak di bidang seni. Para anggotanya membagi seni tersebut ke dalam tiga divisi, yaitu seni tari, teater, dan musik. Di tahun pertamanya, Studio 8 hanya beranggotakan 60 orang. Namun, UKK yang baru genap berusia lima tahun ini, kini telah memiliki anggota lebih dari 200 orang.

Sebagai UKK yang bergerak di bidang seni, Studio 8 memiliki visi sebagai pusat menyalurkan kreativitas di bidang seni bernapas kesehatan serta berprestasi dalam bidang seni di tingkat regional, nasional, dan internasional. “Public health is science and art merupakan teori Winslow yang coba diterapkan ketika mendirikan Studio 8,” ujar Reza.

Menurut penuturan Reza, saat pertama kali berdiri, Studio 8 telah memiliki ruangan studio musik ber-AC yang kedap suara. Ruangan tersebut dilengkapi dengan fasilitas alat musik, seperti empat gitar, tiga bass, dan dua drum. Ibnu Sri Fuqoha, ketua Studio 8, menambahkan bahwa FKM merupakan satu-satunya fakultas yang memiliki fasilitas seperti itu.

Meskipun umurnya masih terbilang muda, Studio 8 telah menorehkan berbagai prestasi. “Yang paling berkesan, saat mengikuti Baoshan International Folk Arts di Shanghai, Cina, bulan Oktober 2013,” ujar Reza. Kala itu, festival yang diselenggarakan oleh Shanghai Baoshan International Folk Arts Exchange & Research Center  tersebut diikuti 14 negara, yakni Indonesia, Skotlandia, Slovakia, Serbia, Brazil, Kongo, Hungaria, Korea Selatan, Cina, Srilanka, Israel, Rusia, Selandia Baru, dan Polandia. Uniknya, Studio 8 menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Dalam festival tersebut, Kontingen Studio 8 menampilkan beberapa kesenian tradisional Indonesia, yaitu Tari Geol Denok, Tari Srikandi, Tari Gunungan, dan Lenggang Nyai.
Dokumentasi perjalanan Studio 8/dok.pribadi

Misi Budaya dan Kesehatan
Kesempatan Studio 8 pergi ke Cina bermula ketika mereka mendapat informasi dari kawan di universitas lain. Lalu, mereka mengikuti prosedur yang diberikan. “Kami mengirimkan profil Studio 8 ke Internationale Organisation für Volkskunst (IOV). Kami lantas ke Jakarta untuk pemaparan tentang Studio 8,” ungkap Reza.

Meskipun Studio 8 bergerak di bidang seni, UKK yang baru dilantik pada 27 Januari 2010 ini membawa misi kesehatan dalam setiap pertunjukkannya. Maksud dari misi kesehatan itu adalah berusaha menyebarkan dan bertukar pengetahuan yang mereka miliki seputar kesehatan. Hal itu merupakan salah satu perwujudan mereka sebagai mahasiswa FKM. “Di sela-sela pertunjukkan, kami berbincang santai mengenai isu-isu kesehatan di dunia dengan peserta lain,” ungkap Reza. Berbagai isu seperti pemasana global, penanaman bakau, serta HIV/AIDS tak luput menjadi bahan perbincangan mereka.

Di samping itu, Studio 8 juga menyisipkan materi kesehatan dalam karya seninya. Mereka telah menciptakan tarian kontemporer bertema flu burung dan HIV/AIDS serta musik berjudul Tooth Fairy. “Kesenian adalah  media promosi kesehatan,” ujar Reza.

Misi Studio 8 untuk mempromosikan kesehatan melalui seni disalurkan melalui penampilan mereka di berbagai acara. Pada perayaan Dies Natalis FKM Undip ke-25 tahun 2010 lalu misalnya, Studio 8 FKM tidak hanya menampilkan band tetapi juga drama musikal bertema  kesehatan yang berupa gabungan antara drama dan tari dengan topik penyakit dan determinan-determinan penyakit itu sendiri.
Lebih lanjut, Reza menuturkan, untuk mempertahankan prestasi, dibutuhkan kebersamaan dan komitmen yang tinggi dari semua anggota Studio 8. Komunikasi antar anggota Studio 8 pun selalu dijaga. “Kami biasa kumpul tidak hanya secara formal namun juga nonformal, misalnya pergi ke bioskop, berenang, dan makan bersama,” kata Ibnu. Dari hal kecil tersebut, timbul rasa saling memiliki, kebersamaan, dan komitmen antaranggota Studio 8.


Para anggota Studio 8 berharap, organisasi mahasiswa Undip yang bergerak di bidang seni dapat bahu-membahu meningkatkan prestasi tanpa merasa saling bersaing. Untuk itu, mereka berkeinginan untuk membangun jaringan komunikasi antarorganisasi mahasiswa di Undip yang bergerak di bidang seni. “Padahal, kita bernaung di tempat yang sama (Undip, red). Seharusnya, saling membantu dan berbagi untuk mengukir prestasi di dalam negeri atau luar negeri,” ujar Reza. (Shela/Bincang Kampus)

0 komentar: