Studio 8 FKM Undip, Berkreasi dalam Seni Bernapas Kesehatan
Posted in Art, Komunitas KampusStudio 8 FKM Undip sedang berlatih/Shela |
Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) Undip memiliki Unit Kegiatan Kampus (UKK) yang berbeda
dengan UKK pada umumnya. UKK bernama Studio 8 ini
didirikan pada 21 Maret 2008 oleh Mukhlis Reza Sukmana bersama dua temannya.
Filosofi “Tidak pernah terputus dan selalu tersambung” yang terkandung dalam
bentuk angka delapan menjadi dasar penamaan Studio 8.
Studio 8 merupakan UKK yang berada di bawah naungan FKM, yang bergerak di bidang seni.
Para anggotanya membagi seni tersebut
ke dalam tiga divisi, yaitu seni tari, teater, dan
musik. Di tahun pertamanya, Studio 8 hanya
beranggotakan 60 orang. Namun, UKK yang baru genap berusia lima tahun ini,
kini telah memiliki anggota lebih dari 200 orang.
Sebagai UKK yang bergerak di bidang seni, Studio 8
memiliki visi sebagai pusat menyalurkan kreativitas di bidang seni bernapas
kesehatan serta berprestasi dalam bidang seni di tingkat regional, nasional,
dan internasional. “Public health is
science and art merupakan teori Winslow yang coba diterapkan ketika
mendirikan Studio 8,” ujar Reza.
Menurut penuturan Reza, saat pertama kali berdiri, Studio
8 telah memiliki ruangan studio musik ber-AC yang kedap suara. Ruangan tersebut dilengkapi dengan fasilitas alat musik,
seperti empat gitar, tiga bass, dan dua drum. Ibnu Sri Fuqoha, ketua Studio 8, menambahkan
bahwa FKM merupakan satu-satunya fakultas yang memiliki fasilitas seperti itu.
Meskipun umurnya masih terbilang muda, Studio 8 telah
menorehkan berbagai prestasi. “Yang paling berkesan, saat mengikuti Baoshan International Folk Arts di
Shanghai, Cina, bulan Oktober 2013,” ujar Reza. Kala itu, festival yang
diselenggarakan oleh Shanghai Baoshan
International Folk Arts Exchange & Research Center tersebut diikuti 14 negara, yakni Indonesia,
Skotlandia, Slovakia, Serbia, Brazil, Kongo, Hungaria, Korea Selatan, Cina,
Srilanka, Israel, Rusia, Selandia Baru, dan Polandia. Uniknya, Studio 8 menjadi
satu-satunya wakil dari Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Dalam festival
tersebut, Kontingen Studio 8 menampilkan beberapa kesenian tradisional
Indonesia, yaitu Tari Geol Denok, Tari Srikandi, Tari Gunungan, dan Lenggang
Nyai.
Dokumentasi perjalanan Studio 8/dok.pribadi |
Misi Budaya dan Kesehatan
Kesempatan Studio 8 pergi ke Cina bermula ketika mereka
mendapat informasi dari kawan di universitas lain. Lalu, mereka mengikuti
prosedur yang diberikan. “Kami mengirimkan profil Studio 8 ke Internationale Organisation für Volkskunst (IOV).
Kami lantas ke Jakarta untuk pemaparan tentang Studio 8,” ungkap Reza.
Meskipun Studio 8 bergerak di bidang seni, UKK yang baru
dilantik pada 27 Januari 2010 ini membawa misi kesehatan dalam setiap
pertunjukkannya. Maksud dari misi kesehatan itu adalah berusaha menyebarkan dan
bertukar pengetahuan yang mereka miliki seputar kesehatan. Hal itu merupakan salah satu perwujudan mereka sebagai
mahasiswa FKM. “Di sela-sela pertunjukkan, kami berbincang santai mengenai
isu-isu kesehatan di dunia dengan peserta lain,” ungkap Reza. Berbagai isu
seperti pemasana global, penanaman bakau, serta HIV/AIDS tak luput menjadi
bahan perbincangan mereka.
Di samping itu, Studio 8 juga menyisipkan materi kesehatan
dalam karya seninya. Mereka telah menciptakan tarian kontemporer bertema flu
burung dan HIV/AIDS serta musik berjudul Tooth
Fairy. “Kesenian adalah media
promosi kesehatan,” ujar Reza.
Misi
Studio 8 untuk mempromosikan kesehatan melalui seni disalurkan melalui
penampilan mereka di berbagai acara. Pada perayaan Dies Natalis FKM Undip ke-25 tahun 2010 lalu
misalnya, Studio 8 FKM tidak hanya menampilkan band tetapi juga drama musikal bertema
kesehatan yang berupa gabungan antara drama dan tari dengan topik penyakit dan
determinan-determinan penyakit itu sendiri.
Lebih
lanjut, Reza
menuturkan, untuk mempertahankan prestasi, dibutuhkan kebersamaan dan komitmen yang tinggi dari semua anggota
Studio 8. Komunikasi antar anggota
Studio 8 pun selalu dijaga. “Kami biasa kumpul tidak hanya secara formal namun
juga nonformal, misalnya pergi ke bioskop, berenang, dan makan bersama,” kata
Ibnu. Dari hal kecil tersebut, timbul rasa saling memiliki,
kebersamaan, dan komitmen antaranggota Studio 8.
Para anggota Studio 8 berharap, organisasi mahasiswa Undip yang bergerak
di bidang seni dapat bahu-membahu meningkatkan prestasi tanpa merasa saling
bersaing. Untuk itu, mereka berkeinginan untuk membangun jaringan komunikasi
antarorganisasi mahasiswa
di Undip yang bergerak di bidang seni. “Padahal, kita bernaung di tempat yang sama (Undip, red). Seharusnya, saling membantu dan berbagi
untuk mengukir prestasi di dalam negeri atau luar negeri,” ujar Reza. (Shela/Bincang Kampus)
0 komentar: