Desember 14, 2014

0

Rela Antri Demi Seblak

Posted in ,


Semarang seperti mendapat kiriman tren makanan baru yang sedang digandrungi mahasiswa di Bandung. Seblak, makanan yang terbuat dari tepung kanji tersebut bukan berasal dari kota yang berjuluk Kota Atlas. Jawa Barat adalah daerah seblak berasal. Namun, di Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes), tampak gerobak pedagang seblak menjadi incaran para mahasiswa.


       Pedagang seblak yang biasanya menjajakan jualan mereka di pinggir jalan itu selalu kewalahan meladeni para mahasiswa yang memesan seblak, entah di kala jam makan siang atau sore hari. Dede, pedagang seblak yang bisa ditemui di sekitar gerbang Unnes, mengakui kalau dia dan temannya sering geleng-geleng kepala sendiri ketika menyaksikan barisan sepeda motor yang berjejer rapi milik pembeli mereka. “Tidak pernah terbayangkan akan seramai ini. Para pembeli bahkan ada yang selalu menyempatkan waktu datang ketika kami baru membuka lapak. Pas ditanya, tak ingin kehabisan,” ujarnya. Menurutnya, mahasiswa menjadi pangsa pasar yang potensial yang harus digarap. Kejenuhan menjalani aktivitas yang padat bisa terusir sejenak saat melahap nikmatnya tepung kanji berpadu dengan harum rempah dan pedas cabai.

      Kartikawati, mahasiswa Unnes langsung tertarik ketika seblak hadir di kampusnya. Makanan yang biasanya harus dia peroleh lewat pemesanan di jejaring sosial, kini tersedia di sekitar kampusnya. “Iya, sekarang lagi mewabah sekali menyantap seblak. Teman-teman aku yang semula enggan pun menjadi ketagihan. Ada sensasi tersendiri ketika menyeruput kuah seblak yang dicampur telur,” katanya.

     Antrian yang mengular tak menyurutkan niat Kartika untuk membeli seblak. Dia pun sudah mengetahui cara yang harus dilakukan agar memeroleh seblak tetapi tidak menganggu aktivitasnya. “Aku memilih memesan seblak saat sebelum waktu makan siang. Lalu, aku bilang ke abangnya yang jual untuk diambil nanti pas jam makan siang. Dengan begitu, aku tidak perlu berpanas-panasan menanti makanan kegemaranku,” ujarnya. Meski sudah menerapkan cara seperti itu, terkadang Kartika juga masih harus mengantria. Dia pun rela mengantri demi mendapatkan seblak.

     Dhyana, mahasiswa Undip, mengiyakan pendapat Kartika yang rela mengantri demi mendapatkan seblak. Menurutnya, lamanya menunggu akan terbayarkan ketika seblak menyentuh kerongkongan. Stres yang menimpa mahasiswa akan sedikit berkurang ketika keringat bercucuran karena pedasnya seblak. Seblak juga cukup ampuh mengganjal perut mahasiswa yang bingung mau makan. Ketanggungan porsi menjadi komposisi yang pas di antara jam makan siang dan petang hari.  “Tak perlu khawatir kantong terkurang banyak. Seblak bisa dinikmatin dengan harga mulai dari Rp enam ribu,” ujar mahasiswa yang berlesung pipi.


     Bagi yang belum mengetahui tentang seblak, Bincang Kampus akan sedikit memberitahukan informasinya. Tepung kanji menjadi bahan dasar kerupuk seblak. Kanji itulah yang membuat tekstur seblak kenyal. Konon kabarnya, penamaan nama seblak karena rasa pedas seblak yang nyablak. Untuk mengolah seblak tersebut, ada dua cari yakni, seblak basah dan kering. Seblak basah dimasak dengan cara merebus bersama air dan bahan pelengkap seperti mie, bakso, telur, ceker, dan pangsit yang dibubuhi bumbu cabe dan penyedap rasa. Sedangkan seblak kering tinggal digoreng. Aroma rempah akan menguar ketika seblak sedang direbus atau digoreng karena bawang merah, bawang putih, garam, dan kencur akan teramu menjadi satu dalam bumbu. Selanjutnya, pilihan untuk mencicipi atau tidak, berada di tangan pembaca. 

0 komentar: