Desember 10, 2014

0

Memanjakan Mata di Semarang Art Gallery

Posted in ,
Salah satu karya seni lukis yang dipamerkan di Semarang Art Gallery/shela
Seni adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mata penulis pun tak ingin mengabaikan bangunan yang tertangkap bola mata. Peek House, begitulah  tulisan yang terpasang. Menyatu dengan bangunan tersebut, Semarang Art Gallery berada.  Di lokasi ini, tahun 1822 dahulu dikenal sebagai Jalan Paradeplain Utara Blok LA No.5 merupakan bangunan dua lantai tempat tinggal Pastur L. Prinsen dan tempat ibadah umat Katolik sebelum Gereja Gedangan didirikan tahun 1875.
    Bangunan ini kemudian diruntuhkan dan dibangun gedung baru pada tahun 1918. Gaya arsitekturnya sedikit terpengaruh oleh gaya Spanish Colonial dan tidak mempunyai halaman. Tepat di depannya adalah Paradeplain, taman yang sering dipakai oleh serdadu-serdadu Belanda berparade dan terletak di tepi Jalan Anyer Panarukan yang dibangun Daendels tahun 1811.

      Perusahaan asuransi pertama di Indonesia “De Indische Llyod” milik Oei Tiong Ham Concern merupakan kantor pertama yang menempati gedung ini pada tahun 1937. Pengusaha pribumi terkemuka di Semarang, Tasripin tercatat pernah mengambil alih kepemilikan bangunan ini, dan dalam perjalanannya pernah disewakan sebagai gudang, dealer motor, dan kantor Perusahaan Besar Farmasi Tempo. Terakhir, pabrik sirup Fresh menggunakannya sampai tahun 1998. Tahun 2007, Chris Darmawan melakukan konservasi dan tahun 2008 dipergunakan sebagai Semarang Gallery.

Memanjakan  Mata
      Ketika pintu  kaca dibuka dan berderit, alarm otomatis berbunyi. Penjaga akan segera menyambut kedatangan kita. Lalu, menyuruh kita mengisi buku tamu sembari menanyakan keperluan kedatangan kita. Sapaan ramah yang seolah diciptakan untuk membuat kesan pertama yang baik ke pengunjung.
Patung serupa manusia diselimuti warna merah duduk tertunduk lesu menjadi perhatian pertama mata kita sesaat setelah memasuki Semarang Art Gallery. Di kanan kiri dindingnya tertempel lukisan dan foto yang disertai keterangan penjelas.

     Sebuah motor teronggok dan menyiratkan tanya dari pengunjung. Motor itu adalah kepunyaan Yudi Sulistyo yang dipersembahkan kepada Marco Simoncelli. Di kertas yang terpasang termuat penjelasan tentang ukurannya adalah 121x260x71,5 cm, berbahan paper, PVC pipes, painted used good dan keterangan waktunya 2011.

      Penulis lalu merasa digiring rasa penasaran untuk beranjak ke ruangan yang bertempel nama Peek House. Tiang-tiang besar mencengkeram kokoh ruangan dua lantai tersebut. Di tengah ruangan di lantai dua terdapat lubang berbentuk persegi yang dapat dimaknai pengunjung sebagai tempat untuk memanjakan mata berkeliling dari satu sudut ke sudut lain. Tangga yang memiliki pegangan kaca juga menjadi daya tarik bagi mata pengunjung.

     Berikut hasil karya seniman yang dipamerkan di galeri ini. Lampu Kansanoh dengan karyanya yang berjudul Ka Ning’s Dreams dalam media kanvas  berukuran 200x200 cm yang dilukis menggunakan cat minyak yang dibuat tahun 2006. Isa Ansory menampilkan dua ciptaannya yakni Bukan Angkatan 66 dan Meditasi yang dibuat di kanvas berukuran 150x200 cm dan 200x150 cm memakai cat akrilik pada tahun 2014.
     
Karya milik Isa Ansory, bejudul meditasi/shela
     Menurut Marwanto, salah satu pegawai galeri tersebut, karya yang dipajang biasanya menggaet pengunjung untuk membeli. Setelah terdapat kesepakatan penawaran, hasil dari karya yang laku digunakan untuk pembiayaan galeri. Sehingga, pengunjung tidak usah dipungut biaya masuk.
Karya lain yang bisa disaksikan adalah Agus TBR-The Bridge of Possibility-oil on canvas-180x180 cm-2013, Agus TBR-A moment’s silence oil on canvas 150x250 cm-2013, Agus TBR-End Game-oil on canvas-150x250 cm-2013, Jumaldi Alfi-Night Walker series 6-acrylic on canvas-200x150 cm-2011, Ahdiyat Nur Hartarta-The Romance of Stimulu Junkies#2-charcoal on canvas-150x200cm-2014.

     Selain itu ada pula karya Ahdiyat Nur Hartarta-The Romance of Stimulu Junkies#3-charcoal on canvas-150x200cm-2014, M Irfan-Construction#8-acrylic on canvas-200x300 cm-2013, M Irfan-Black and white photography-print on canvas-33x50 cm-2013, Erianto-Berbeda di Tempat Sama-acrylic on canvas-145x70 cm-2014, Erianto-My Hero is Not Super Hero-acrylic on canvas-90x195 cm-2014, Andy Dewantoro-A quiet place#3-oil on canvas-100x120cm-2014, Andy Dewantoro-A quiet place#2 -oil on canvas-100x120cm-2014, Andy Dewantoro-A quiet place#4-oil on canvas-100x120cm-2014, Andy Dewantoro-Damage-oil on canvas-40x40cmx4 panels-2014, Nglen Beng-Reborn-oil on canvas-150x120 cm-2008, dan milik Sugiyo Dwiarso-Rise Up-acrylic on canvas-160x120cm-2009

       Karya milik Isa Ansory berjudul meditasi menjadi kesukaan penulis. Pergumulan batin dan gangguan yang menyelimuti selama bermeditasi tergambar melalui lukisan tersebut. Sudah tidak sabar untuk memanjakan mata dan menentukan karya favorit? Segera berkunjung ke tempat ini. (Shela-Bincang Kampus)

0 komentar: